Senin, 11 Juni 2012

Perkebunan Ekaliptus | JABON PUTIH DAN EKALIPTUS DE GLUPTA: PRIMADONA BARU


  1. Permintaan Dunia Industri Terhadap Kayu.
Permintaan Dunia Industri terhadap kayu pada masa sekarang setiap tahun semakin meningkat. Berbanding terbalik dengan hal itu, keberadaan hutan ditinjau dari sisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya saat ini cenderung terus berkurang. Banyak hal yang menyebabkan keberadaan hutan ini menjadi terancam punah. Penebangan hutan berlebihan tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, pembalakan liar, kebakaran hutan dan alih fungsi lahan hutan merupakan beberapa faktor penyebab terancamnya keberadaan hutan yang terjadi saat ini. Pengawasan hutan yang kurang efektif dan tidak berjalannya undang-undang perlindungan hutan juga semakin mempertajam penurunan luasan area hutan itu sendiri.
Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dirambah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah. Itu belum termasuk hutan yang sedang rusak parah, yang sedang mengalami proses kepada kepunahan. Sedangkan laju kerusakan hutan (deforestasi) di Indonesia saat ini masih cukup tinggi, 1.1 – 1.5 juta hektar per tahun.
Dari data diatas, dapat kita rasakan begitu besar permintaan terhadap kayu. Permintaan ini paling utama dilakukan oleh Dunia Industri Kayu yang mana bahan baku utamanya adalah kayu. Kebutuhan kayu untuk pasar global selalu mengalami permintaan yang besar, sedangkan pada saat yang bersamaan terjadi proses pengurangan lahan hutan. Kenyataan tersebut akhirnya memaksa organisasi internasional perkayuan, International Tropical Timber Organization (ITTO) mengeluarkan ketentuan-ketentuan untuk menjadi sarana perlindungan hutan tropis. Salah satu ketentuan itu adalah mensyaratkan bahwa kayu hutan tropis tidak boleh diekpor kecuali kayu tersebut merupakan hasil pengolahan. Selain itu pada Acara Peringatan Hari Menanam Pohon Nasional di Parahyangan, Jawa Barat, tanggal 8 Desember 2009 Presiden Republik Indonesia mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mulai menanam pohon, salah satunya pohon Jabon. Sekaligus juga Presiden pada saat itu ikut melakukan penanaman.
Untuk mengimbangi ketentuan ITTO dan arahan Presiden RI serta untuk bisa berkontribusi terhadap keselamatan hutan Indonesia, maka dunia industri sangat membutuhkan pihak-pihak yang dapat mengembangkan program pembudidayaan kayu secara komersial untuk menghasilkan kayu bermutu tinggi dan kuantitas yang besar, yang dapat memenuhi permintaan mereka.
  1. Alasan Atas Pemilihan Budidaya Pohon Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta.
 Dibandingkan dengan jenis-jenis kayu yang lain, kayu Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta merupakan jenis kayu unggulan dengan banyak kategori melekat pada kedua jenis pohon tersebut yang mana kategori itu menjadi persyaratan atas standarisasi mutu kayu bagi dunia industri. Ada banyak alasan mengapa kita memilih budidaya Pohon Jabon  Putih dan Ekaliptus Deglupta. Beberapa alasan tersebut adalah sebagai berikut;
1.      Dengan membudidayakan pohon Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta ini, akan membuat lahan yang pasif menjadi lahan yang produktif, ikut membantu penghijauan kembali terhadap hutan.
2.      Merupakan pohon yang dapat menjadi sarana konservasi tanah dan hutan. Akarnya bersifat serabut, dapat menyerap air dalam jumlah besar.
3.      Merupakan jenis kayu yang pertumbuhannya relatif cepat.
4.      Berbatang bulat, lurus, padat tidak berongga.
5.      Kayunya berserat halus. Warnanya putih kekuning-kuningan sehingga memenuhi syarat untuk menjadi bahan baku industri kayu.
6.      Mudah tumbuh dan minim perawatan.
7.      Dapat tumbuh di area dengan ketinggian 0 sampai 1000 mdpl.
8.      Dapat tumbuh di area dengan pH tanah antara 4.5 sampai 7.5.
9.      Dapat tumbuh di area dengan curah hujan 1.500 s/d 3.000 mm/tahun.
10.  Dapat tumbuh di area dengan suhu 14 -  40 derajat Celcius.
11.  Masa panen setelah 5 – 6 tahun.

  1. Kelebihan Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta Dari Segi Nilai Ekonomis.
Ditinjau dari segi nilai ekonomis, budidaya pohon Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta dapat menjadi investasi yang sangat baik. Apakah Anda terkejut bila dinyatakan bahwa Investasi dengan budidaya pohon Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta nilainya lebih tinggi dari investasi dengan emas?
Secara umum kita tahu bahwa emas cenderung memiliki nilai investasi yang stabil cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan emas dipercaya sebagai produk investasi yang tidak mempunyai efek inflasi (zero inflation effect) dalam jangka panjang. Contoh langsung yang dapat kita rasakan, pada sekitar tahun 2006, harga emas Rp. 185.600,-/ gram. Sekarang (2011) harga emas sudah mencapai Rp. 463.500,-/ gram. Dari jangka waktu 5 tahun kenaikan nilai emas mencapai 149%.
Sekarang mari kita lihat estimasi investasi dalam hal budidaya pohon Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta;
Sebelumnya perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis jarak tanam dan beberapa sistem penjualan untuk budidaya Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta. Dalam asumsi ini kita pakai jarak tanam 2 x 2 m dan sistem penjualan tebasan.
Dalam area 1 hektar, dengan jarak tanam 2 x  2 m, maka lahan dapat ditanami 2.500 pohon. Pada tahun ketiga kita akan melakukan penjarangan, artinya kita sudah dapat melakukan panen pertama dengan sekaligus melakukan penjarangan.  Dengan asumsi produksi maksimal 80% pada tahun ke-3 omzet yang diperoleh +/- 160 juta.
Pada tahun ke 5 – 6, 625 pohon yang masih tersisa +/- 800 m3. Dengan asumsi produksi maksimal 80% pada tahun ke-5/6 omzet yang diperoleh +/- 576 juta.
Akumulasi omzet setelah 5 -6 tahun adalah Rp. 736 juta/ ha. Lalu berapa biaya yang dikeluarkan hingga 5 – 6 tahun tersebut? Berdasarkan data yang sudah dilakukan melalui pengalaman dan evaluasi, dalam 1 ha biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
            Tabel: Asumsi Biaya Pohon Jabon Putih untuk Jarak Tanam 2 x 2 m, Lahan 1 Ha.
NO
KETERANGAN
JUMLAH
HARGA
TOTAL





1
Persiapan Lahan
1
3,000,000
3,000,000
2
Bibit
2,500
2,000
5,000,000
3
Peralatan
1
2,500,000
2,500,000
4
Pupuk 3 Tahun
1
35,000,000
35,000,000
5
Penanaman
2,500
10,000
25,000,000
6
Perawatan/ Pemeliharaan 5 Tahun
1
42,000,000
42,000,000
7
Pestisida
1
12,500,000
12,500,000
8
Biaya tidak terduga
1
25,000,000
25,000,000

ASUMSI BIAYA


150,000,000
Catatan





(*) upah tenaga kerja tergantung kondisi daerah.




Dalam 5 tahun, nilai 150 juta meningkat menjadi 736 juta, artinya terjadi peningkatan sebesar 390.67%/ 5 tahun. Sedangkan emas hanya sebesar 149%/ 5 tahun.
Perbandingan Investasi

Jabon Putih/ Ekaliptus Deglupta : Emas

Investasi Rp. 150.000.000,-
Jabon Putih/ Ekaliptus Deglupta
Emas
1. 78.13 % pertahun
1. 29.8 % pertahun
2. Rp. 736.000.000/ 5 tahun
2. Rp. 374.595.905/ 5 tahun
3. Nilai terus NAIK
3. Nilai terus NAIK
Dari uraian diatas kita sama-sama bisa meng’amin’kan judul yang diambil diatas tadi: Budidaya Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta, Investasi “Lebih Dari” Emas. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh perbandingan investasi dan pendapatan dalam hal usaha budidaya Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta dibandingkan dengan Investasi Emas dibawah ini;
Catatan: Semua perhitungan diatas adalah unklaim, untuk bantuan estimasi saja.    




Editor | Perkebunan Ekaliptus | Agro Gemilang |

Posted by: Agro Gemilang Perkebunan Ekaliptus, Updated at: 02.25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar