- Permintaan Dunia Industri Terhadap Kayu.
Permintaan Dunia Industri terhadap kayu pada masa
sekarang setiap tahun semakin meningkat. Berbanding terbalik dengan hal itu, keberadaan
hutan ditinjau dari sisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya saat ini cenderung
terus berkurang. Banyak hal yang menyebabkan keberadaan hutan ini menjadi
terancam punah. Penebangan hutan berlebihan tanpa diimbangi dengan penanaman
kembali, pembalakan liar, kebakaran hutan dan alih fungsi lahan hutan merupakan
beberapa faktor penyebab terancamnya keberadaan hutan yang terjadi saat ini.
Pengawasan hutan yang kurang efektif dan tidak berjalannya undang-undang perlindungan
hutan juga semakin mempertajam penurunan luasan area hutan itu sendiri.
Dari total luas
hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, sebanyak 21 persen atau
setara dengan 26 juta hektar telah dirambah total sehingga tidak memiliki
tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah.
Itu belum termasuk hutan yang sedang rusak parah, yang sedang mengalami proses
kepada kepunahan. Sedangkan laju kerusakan hutan (deforestasi) di Indonesia
saat ini masih cukup tinggi, 1.1 – 1.5 juta hektar per tahun.
Dari data
diatas, dapat kita rasakan begitu besar permintaan terhadap kayu. Permintaan
ini paling utama dilakukan oleh Dunia Industri Kayu yang mana bahan baku
utamanya adalah kayu. Kebutuhan kayu untuk pasar global selalu mengalami permintaan
yang besar, sedangkan pada saat yang bersamaan terjadi proses pengurangan lahan
hutan. Kenyataan tersebut akhirnya memaksa organisasi internasional perkayuan, International Tropical Timber Organization
(ITTO) mengeluarkan ketentuan-ketentuan untuk menjadi sarana perlindungan
hutan tropis. Salah satu ketentuan itu adalah mensyaratkan bahwa kayu hutan
tropis tidak boleh diekpor kecuali kayu tersebut merupakan hasil pengolahan.
Selain itu pada Acara Peringatan Hari Menanam Pohon Nasional di
Parahyangan, Jawa Barat, tanggal 8 Desember 2009 Presiden Republik Indonesia mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk
mulai menanam pohon, salah satunya pohon Jabon. Sekaligus juga Presiden pada
saat itu ikut melakukan penanaman.
Untuk mengimbangi ketentuan ITTO dan arahan Presiden RI
serta untuk bisa berkontribusi terhadap keselamatan hutan Indonesia, maka dunia
industri sangat membutuhkan pihak-pihak yang dapat mengembangkan program
pembudidayaan kayu secara komersial untuk menghasilkan kayu bermutu tinggi dan kuantitas
yang besar, yang dapat memenuhi permintaan mereka.
- Alasan Atas Pemilihan Budidaya Pohon Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta.
Dibandingkan
dengan jenis-jenis kayu yang lain, kayu Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta merupakan
jenis kayu unggulan dengan banyak kategori melekat pada kedua jenis pohon
tersebut yang mana kategori itu menjadi persyaratan atas standarisasi mutu kayu
bagi dunia industri. Ada banyak alasan mengapa kita memilih budidaya Pohon
Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta.
Beberapa alasan tersebut adalah sebagai berikut;
1.
Dengan membudidayakan pohon Jabon
Putih dan Ekaliptus Deglupta ini, akan membuat lahan yang pasif menjadi lahan
yang produktif, ikut membantu penghijauan kembali terhadap hutan.
2.
Merupakan pohon yang dapat menjadi
sarana konservasi tanah dan hutan. Akarnya bersifat serabut, dapat menyerap air
dalam jumlah besar.
3.
Merupakan jenis kayu yang
pertumbuhannya relatif cepat.
4.
Berbatang bulat, lurus, padat tidak
berongga.
5.
Kayunya berserat halus. Warnanya
putih kekuning-kuningan sehingga memenuhi syarat untuk menjadi bahan baku
industri kayu.
6.
Mudah tumbuh dan minim perawatan.
7.
Dapat tumbuh di area dengan
ketinggian 0 sampai 1000 mdpl.
8.
Dapat tumbuh di area dengan pH tanah
antara 4.5 sampai 7.5.
9.
Dapat tumbuh di area dengan curah
hujan 1.500 s/d 3.000 mm/tahun.
10.
Dapat tumbuh di area dengan suhu 14
- 40 derajat Celcius.
11.
Masa panen setelah 5 – 6 tahun.
- Kelebihan Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta Dari Segi Nilai Ekonomis.
Ditinjau dari segi nilai ekonomis, budidaya pohon Jabon Putih
dan Ekaliptus Deglupta dapat menjadi investasi yang sangat baik. Apakah Anda
terkejut bila dinyatakan bahwa Investasi dengan budidaya pohon Jabon Putih dan
Ekaliptus Deglupta nilainya lebih tinggi dari investasi dengan emas?
Secara umum kita tahu bahwa emas cenderung memiliki nilai
investasi yang stabil cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan emas
dipercaya sebagai produk investasi yang tidak mempunyai efek inflasi (zero inflation effect) dalam jangka
panjang. Contoh langsung yang dapat kita rasakan, pada sekitar tahun 2006,
harga emas Rp. 185.600,-/ gram. Sekarang (2011) harga emas sudah mencapai Rp. 463.500,-/
gram. Dari jangka waktu 5 tahun kenaikan nilai emas mencapai 149%.
Sekarang mari
kita lihat estimasi investasi dalam hal budidaya pohon Jabon Putih dan
Ekaliptus Deglupta;
Sebelumnya perlu
diketahui bahwa ada beberapa jenis jarak tanam dan beberapa sistem penjualan
untuk budidaya Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta. Dalam asumsi ini kita pakai
jarak tanam 2 x 2 m dan sistem penjualan tebasan.
Dalam area 1
hektar, dengan jarak tanam 2 x 2 m, maka
lahan dapat ditanami 2.500 pohon. Pada tahun ketiga kita akan melakukan
penjarangan, artinya kita sudah dapat melakukan panen pertama dengan sekaligus
melakukan penjarangan. Dengan asumsi
produksi maksimal 80% pada tahun ke-3 omzet yang diperoleh +/- 160 juta.
Pada tahun ke 5
– 6, 625 pohon yang masih tersisa +/- 800 m3. Dengan asumsi produksi maksimal
80% pada tahun ke-5/6 omzet yang diperoleh +/- 576 juta.
Akumulasi omzet setelah
5 -6 tahun adalah Rp. 736 juta/ ha. Lalu berapa biaya yang dikeluarkan hingga 5
– 6 tahun tersebut? Berdasarkan data yang sudah dilakukan melalui pengalaman
dan evaluasi, dalam 1 ha biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
Tabel:
Asumsi Biaya Pohon Jabon Putih untuk Jarak Tanam 2 x 2 m, Lahan 1 Ha.
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH
|
HARGA
|
TOTAL
|
1
|
Persiapan Lahan
|
1
|
3,000,000
|
3,000,000
|
2
|
Bibit
|
2,500
|
2,000
|
5,000,000
|
3
|
Peralatan
|
1
|
2,500,000
|
2,500,000
|
4
|
Pupuk 3 Tahun
|
1
|
35,000,000
|
35,000,000
|
5
|
Penanaman
|
2,500
|
10,000
|
25,000,000
|
6
|
Perawatan/
Pemeliharaan 5 Tahun
|
1
|
42,000,000
|
42,000,000
|
7
|
Pestisida
|
1
|
12,500,000
|
12,500,000
|
8
|
Biaya tidak terduga
|
1
|
25,000,000
|
25,000,000
|
ASUMSI BIAYA
|
150,000,000
|
|||
Catatan
|
||||
(*) upah tenaga kerja
tergantung kondisi daerah.
|
Dalam 5 tahun,
nilai 150 juta meningkat menjadi 736 juta, artinya terjadi peningkatan sebesar 390.67%/
5 tahun. Sedangkan emas hanya sebesar 149%/ 5 tahun.
Perbandingan Investasi
|
|
Jabon Putih/ Ekaliptus Deglupta : Emas
|
|
Investasi Rp. 150.000.000,-
|
|
Jabon Putih/ Ekaliptus Deglupta
|
Emas
|
1. 78.13 % pertahun
|
1. 29.8 % pertahun
|
2. Rp. 736.000.000/ 5 tahun
|
2. Rp. 374.595.905/ 5 tahun
|
3. Nilai terus NAIK
|
3. Nilai terus NAIK
|
Dari uraian diatas kita sama-sama bisa meng’amin’kan judul
yang diambil diatas tadi: Budidaya Jabon Putih dan Ekaliptus Deglupta,
Investasi “Lebih Dari” Emas. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
perbandingan investasi dan pendapatan dalam hal usaha budidaya Jabon Putih dan
Ekaliptus Deglupta dibandingkan dengan Investasi Emas dibawah ini;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar